Keuangan Internasional - Suku Bunga
Setiap mata uang memiliki tingkat bunga. Ini seperti barometer kekuatan atau kelemahan suatu perekonomian. Jika ekonomi suatu negara menguat, harga kadang bisa naik karena konsumen mampu membayar lebih. Hal ini terkadang mengakibatkan situasi di mana lebih banyak uang dibelanjakan untuk barang yang kurang lebih sama. Ini bisa menaikkan harga barang.
Ketika inflasi tidak terkendali, daya beli uang menurun, dan harga barang-barang biasa bisa naik ke tingkat yang sangat tinggi. Untuk menghentikan bahaya yang akan segera terjadi ini, bank sentral biasanya menaikkaninterest rates.
Ketika tingkat bunga dinaikkan, itu membuat uang pinjaman menjadi lebih mahal. Hal ini, pada gilirannya, menurunkan motivasi konsumen untuk membeli produk baru dan menambah hutang. Hal ini juga membuat perusahaan enggan berekspansi. Perusahaan yang melakukan bisnis secara kredit harus membayar bunga, dan karenanya mereka tidak mengeluarkan terlalu banyak uang untuk ekspansi.
Tingkat yang lebih tinggi secara bertahap akan memperlambat perekonomian, sampai titik jenuh akan tiba di mana Bank Sentral harus menurunkan suku bunga. Penurunan tarif ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan ekspansi ekonomi.
Ketika tingkat suku bunga tinggi, investor asing ingin berinvestasi dalam perekonomian itu untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan. Akibatnya, permintaan mata uang tersebut meningkat karena semakin banyak investor yang berinvestasi di sana.
Negara-negara yang menawarkan ROI tertinggi dengan menawarkan suku bunga tinggi cenderung menarik banyak investasi asing. Ketika bursa suatu negara berjalan baik dan menawarkan tingkat bunga yang baik, investor asing didorong untuk menanamkan modalnya di negara tersebut. Ini sekali lagi meningkatkan permintaan mata uang negara, dan nilai mata uang naik.
Faktanya, bukan hanya tingkat suku bunga yang penting. Arah pergerakan suku bunga adalah petunjuk yang baik dari permintaan mata uang.