Manajemen Pengetahuan Dalam organisasi
Budaya organisasi
Budaya organisasi menggambarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang merupakan bagian integral dari apa yang dipilih untuk dilihat dan diserap. Ini terdiri dari persepsi bersama tentang realitas, tentang bagaimana segala sesuatu dan bagaimana seharusnya. Selanjutnya, budaya komunitas dan kelompok menentukan kemauan dan kondisi untuk berbagi pengetahuan dengan anggota lain dari perusahaan.
Dengan demikian, knowledge and knowledge sharing, tidak terlepas dari budaya organisasi. Antarmuka budaya adalah interaksi sosial, jaringan komunikasi yang membentuk komunitas.
Budaya organisasi juga dapat dijelaskan dari segi sebab dan akibatnya. Menggunakan perspektif hasil, budaya dapat didefinisikan sebagai pola perilaku yang terwujud, pola perilaku yang konsisten yang diamati pada sekelompok individu, atau "cara kita melakukan sesuatu di sekitar sini". Jadi, budaya mendefinisikan cara yang konsisten di mana orang melakukan tugas, menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik, memperlakukan pelanggan dan karyawan, dan sebagainya.
Menggunakan perspektif proses, budaya didefinisikan sebagai seperangkat mekanisme seperti nilai informal, norma, dan keyakinan yang mengontrol bagaimana individu dan kelompok dalam suatu organisasi berkomunikasi satu sama lain dan orang di luar organisasi.
Berbagai Jenis Budaya
Skema klasifikasi ini menghasilkan empat jenis budaya organisasi -
Communal- Memberi rasa memiliki, meskipun juga didorong oleh tugas. Pemimpin budaya ini pada dasarnya sangat inspiratif dan karismatik. Kekurangannya adalah mereka sering memberikan pengaruh yang terlalu banyak dan anggota lain jarang vokal.
Networked- Di sini, para anggota diperlakukan sebagai teman dan keluarga. Orang-orang terhubung erat satu sama lain dan saling mencintai. Mereka bersedia membantu satu sama lain dan berbagi informasi. Kekurangan dari budaya ini adalah orang-orang begitu baik satu sama lain sehingga mereka enggan untuk menunjukkan dan mengkritik kinerja yang buruk.
Mercenary- Ini berfokus pada tujuan yang ketat. Di sini anggota diharapkan dapat mencapai tujuan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Karena setiap orang bertujuan pada tujuan dan objektivitas, hanya ada sedikit ruang untuk klik politik. Kekurangannya adalah mereka yang kinerjanya buruk dapat diperlakukan tidak manusiawi.
Fragmented- Di sini rasa memiliki dan identifikasi dengan organisasi biasanya sangat lemah. Para individualis terdiri dari organisasi, dan komitmen mereka pertama-tama terhadap anggota individu dan pekerjaan tugas. Kekurangannya adalah kurangnya kerjasama.
Analisis Budaya Organisasi
Pada dasarnya budaya organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu -
Artifacts - Ini meniru elemen yang terlihat seperti proses, struktur, tujuan, iklim, kode pakaian, furnitur, dll. Orang asing dapat melihatnya tetapi mungkin tidak mengerti mengapa hal-hal seperti itu.
Espoused Values- Nilai-nilai yang didukung oleh para pemimpin. Mereka sebagian besar didasarkan pada asumsi bersama tentang bagaimana perusahaan harus dijalankan. Jika ada ketidaksesuaian yang meyakinkan antara nilai-nilai yang dianut kepemimpinan dan persepsi ini, perusahaan mungkin dalam masalah.
Assumptions- Ini adalah nilai otentik dari budaya tersebut. Mereka pada dasarnya merujuk pada pandangan diam-diam tentang dunia itu sendiri (seperti sifat manusia). Sekali lagi, kesimpulan ini harus berkorelasi setidaknya sampai tingkat tertentu dengan nilai-nilai kepemimpinan yang dianut agar organisasi berfungsi dengan lancar.
Pengaruh Budaya pada Individu
Ada tiga cara dasar di mana budaya mempengaruhi individu yaitu -
Social Norms - Ini hanyalah ekspektasi perilaku bahwa orang akan bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu.
Shared Values- Nilai bersama adalah kesadaran, keinginan afektif atau keinginan orang yang membimbing perilaku mereka. Misalnya, individu yang menginternalisasi nilai kejujuran merasa bersalah saat mereka menipu atau berpura-pura.
Shared Mental Model- Ini mendefinisikan hubungan kausal antara dua barang tahan lama. Gagasan bahwa orang bergantung pada model mental dapat ditelusuri kembali ke realitas yang digunakannya untuk mengantisipasi peristiwa. Model mental dibangun dari persepsi, imajinasi, atau pemahaman wacana.