Seni Kebahagiaan - Sifat Berwenang
The fourth impediment in the way of happiness is the authoritative natureyang cenderung kita miliki. Ini cenderung menjadi penghalang besar dalam perjalanan menuju kebahagiaan. Sifat otoritatif mengacu pada kecenderungan untuk memiliki kendali atas hal-hal di sekitar Anda. Sebagai orang tua, kita cenderung mengontrol perilaku anak-anak kita. Sebagai karyawan, kita cenderung mengontrol bawahan kita. Dan dalam hidup, kita cenderung mengontrol yang tertutup.
Mengapa Cinta untuk Otoritas?
Alasan utama di balik kecenderungan perilaku berwibawa adalah karena kita cenderung merasa lebih unggul ketika bisa mengendalikan sesuatu. Perasaan superioritas sementara ini membuat kita bahagia untuk beberapa waktu. Itusense of freedom and autonomy makes us happy for short-term. Kesehatan emosional dan umur panjang orang pada umumnya sangat bergantung pada rasa otonomi.
Orang-orang yang memiliki kendali lebih atas hal-hal di sekitar mereka ternyata hidup lebih lama. Inilah alasan mengapa manusia memiliki keinginan yang melekat untuk mengendalikan segala sesuatu di sekitar mereka. Namun, ada batasan tertentu untuk apa yang bisa kita kendalikan. Terlalu mengontrol membuat kita juga tidak bahagia. Yang berlebihanauthoritative behavior can prove to be deleterious to our happiness levels.
Reaktansi Psikologis
Psikolog menyebut keinginan untuk melakukan sesuatu yang dilarang kita lakukan sebagai 'reaktansi psikologis'. Istilah ini menjelaskan bahwa ketika kita berusaha untuk mengontrol orang lain, orang lain menunjukkan jenis reaktansi psikologis yang sama dari mereka. Upaya kita untuk mengendalikan orang mungkin dibalas dengan kebencian. Misalnya, upaya untuk mengontrol karyawan Anda dapat mengakibatkan rasa puas diri dan sikap negatif karyawan di tempat kerja. Atau upaya untuk mengontrol kehidupan pasangan kita dapat mengakibatkan kerenggangan atau perceraian juga. Karenanya, terlalu mengontrol mengurangi cinta di antara orang-orang dan karenanya, menurunkan kebahagiaan.
Ketika orang tidak berperilaku seperti yang kita inginkan, hal itu mengarah pada power stress. Misalnya saat bermain video game, jika karakter dalam game tersebut tidak tampil seperti yang diharapkan, kita cenderung menjadi marah. Kemarahan menyebabkan meningkatnya kecemasan dan itu mengarah pada ketidakbahagiaan. Kekuasaan stres dapat membuat kita tidak bahagia dan karenanya, dapat menyebabkan depresi.
Apalagi absence of diversity around us also leads to gloom. Menjadi terlalu berwibawa mengusir orang dengan beragam keterampilan dan pemikiran. Hanya orang-orang yang penurut yang akan tinggal bersama kami dan pendapat mereka tidak akan memberi nilai tambah pada hidup Anda. Tanpa makna, pengalaman apa pun akan sia-sia dan dapat menyebabkan ketidakbahagiaan.
Ini tidak berarti bahwa kita harus tunduk. SEBUAHlittle degree of control is good, tapi terlalu banyak authoritative nature is detrimental untuk kita.