Desain Eksperimen
pengantar
Desain Eksperimen (DOE) mengacu pada metode terstruktur dan terencana, yang digunakan untuk menemukan hubungan antara faktor-faktor yang berbeda (katakanlah, variabel X) yang mempengaruhi sebuah proyek dan hasil yang berbeda dari sebuah proyek (katakanlah, variabel Y).
Metode ini diciptakan oleh Sir Ronald A. Fisher pada 1920-an dan 1930-an.
Sepuluh hingga dua puluh percobaan dirancang di mana faktor yang berlaku bervariasi secara metodis. Hasil percobaan kemudian dianalisis untuk mengklasifikasikan kondisi optimal untuk menemukan faktor-faktor yang paling berpengaruh pada hasil serta yang tidak dan untuk mengidentifikasi antarmuka dan sinergi antar faktor.
DOE terutama digunakan di departemen penelitian dan pengembangan organisasi di mana sebagian besar sumber daya digunakan untuk masalah pengoptimalan.
Untuk meminimalkan masalah pengoptimalan, penting untuk menjaga biaya tetap rendah dengan melakukan beberapa percobaan. Desain Eksperimen berguna dalam kasus ini, karena hanya memerlukan sedikit eksperimen, sehingga membantu mengurangi biaya.
Konsep Dasar DoE
Agar berhasil menggunakan Desain Eksperimen, penting untuk mematuhi delapan konsep dasar.
Setelah delapan langkah berikut diikuti secara berurutan, Anda akan dapat menerima hasil yang sukses dari Desain Eksperimen.
Langkah 1
Set Good Objectives:Sebelum seseorang mulai merancang eksperimen, penting untuk menetapkan tujuannya. Dengan tujuan yang ditentukan, mudah untuk menyaring faktor-faktor yang tidak relevan dengan eksperimen. Dengan cara ini seseorang mengoptimalkan faktor kritis utama.
Pada tahap awal pengembangan proyek, disarankan untuk menggunakan desain eksperimen, pilihan faktorial dua tingkat pecahan. Rancangan eksperimen ini menyaring sejumlah besar faktor dalam proses yang minimal.
Namun, ketika seseorang menetapkan serangkaian tujuan yang baik, banyak faktor yang tidak relevan dihilangkan. Dengan tujuan yang ditentukan dengan baik, manajer dapat menggunakan desain eksperimen permukaan respons yang mengeksplorasi beberapa faktor, meskipun pada banyak tingkatan.
Juga menyusun tujuan yang baik di awal membantu membangun pemahaman yang kuat tentang proyek serta menciptakan harapan yang realistis tentang hasilnya.
Langkah 2
Measure Responses Quantitatively: Banyak Desain Eksperimen berakhir dengan kegagalan karena tanggapan mereka tidak dapat diukur secara kuantitatif.
Misalnya, pemeriksa produk menggunakan metode kualitatif untuk menentukan apakah suatu produk lolos jaminan kualitas atau tidak. Ini tidak efisien dalam desain eksperimen karena lulus / gagal tidak cukup akurat.
LANGKAH 3
Mereplikasi ke Meredam Variasi Tak Terkendali: Mereplikasi sekumpulan kondisi tertentu berkali-kali memberikan lebih banyak peluang bagi seseorang untuk memperkirakan respons secara tepat.
Replikasi juga memberikan kesempatan untuk mendeteksi efek signifikan seperti sinyal di tengah proses alami variasi yang tidak terkendali, seperti noise.
Untuk beberapa proyek, variasi seperti noise meredam sinyal, sehingga berguna untuk menemukan rasio sinyal terhadap noise sebelum melakukan desain percobaan.
LANGKAH 4
Randomize the Run Order: Untuk menghindari pengaruh yang tidak terkendali seperti perubahan bahan baku dan keausan pahat, perlu dilakukan percobaan secara acak.
Pengaruh variabel ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang dipilih. Jika eksperimen tidak berjalan dalam urutan acak, desain eksperimen akan menentukan efek faktor yang sebenarnya dari pengaruh variabel ini.
LANGKAH 5
Blokir Sumber Variasi yang Diketahui: Melalui pemblokiran, seseorang dapat menyaring efek dari variabel yang diketahui seperti perubahan shift atau perbedaan mesin.
Seseorang dapat membagi percobaan berjalan menjadi blok-blok homogen dan kemudian secara matematis menghilangkan perbedaannya. Ini meningkatkan sensitivitas desain eksperimen. Namun, penting untuk tidak memblokir apa pun yang ingin dipelajari.
LANGKAH 6
Know Which Effects (if any) Will be Aliased: Alias berarti seseorang telah mengubah satu atau lebih hal dengan cara yang sama pada waktu yang sama.
Langkah 7
Do a Sequential Series of Experiments: Dalam melakukan desain eksperimen penting dilakukan secara kronologis, yaitu informasi yang diperoleh dalam satu eksperimen harus dapat diterapkan pada eksperimen berikutnya.
LANGKAH 8
Always Confirm Critical Findings: Di akhir desain eksperimen, mudah untuk mengasumsikan bahwa hasilnya akurat.
Namun, penting untuk mengkonfirmasi temuan seseorang dan memverifikasi hasilnya. Validasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan banyak alat manajemen lain yang tersedia.
Kesimpulan
Desain Eksperimen adalah alat penting yang dapat digunakan di sebagian besar industri manufaktur. Manajer, yang menggunakan metode ini, tidak hanya akan menghemat biaya tetapi juga melakukan peningkatan kualitas produk mereka serta memastikan efisiensi proses.
Setelah Desain Eksperimen selesai, manajer harus melakukan upaya ekstra untuk memvalidasi hasil dan melakukan analisis lebih lanjut dari temuan.