Bisakah Anda menjelaskan sadisme emosional, seperti saat seseorang merasakan kenikmatan psikologis yang intens dengan menyakiti orang lain dengan cara non-seksual, baik secara fisik maupun emosional?
Jawaban
Saya berasumsi dengan sadisme "emosional", yang Anda maksud adalah sadisme nonseksual? Jujur saja, secara subjektif, sadisme tidak jauh berbeda dari sadisme seksual, setidaknya bagi saya. Perbedaannya sebagian besar adalah apakah saya mengalami gairah genital atau tidak pada saat itu. Terkadang saya mengalaminya, terkadang tidak. Namun, saya pada dasarnya aseksual, dan rangsangan sadis adalah satu-satunya cara saya terangsang. Sering kali, karena kurangnya hormon dalam sistem saya, saya tidak memiliki banyak reaksi erotis terhadap apa pun. Namun, saya masih mendapatkan reaksi yang tergesa-gesa dan menggetarkan terhadap masukan sadis.
Jadi bagian dari sadisme bagi saya adalah reaksi sensasi otomatis. Saya tidak bisa mengendalikannya - memang begitulah adanya. Ketika saya melakukan atau melihat hal-hal tertentu, rasanya luar biasa. Kadang-kadang sensasi itu bisa seperti obat bius. (Dan saya sudah cukup banyak menggunakan obat bius untuk mengetahuinya.)
Ada pula kekuatan. Kekuatan ikut berperan dalam hal ini sampai taraf tertentu. Seseorang merasa kuat saat berperilaku sadis. Bagi orang yang jarang merasa kuat - khususnya, orang yang sering merasa tidak berdaya - hal itu dapat menjadi motivator yang sangat kuat, bahkan jika mereka pada dasarnya tidak terlalu sadis dalam arti mengalami dorongan otomatis yang saya bicarakan di paragraf pertama. Orang yang tidak sadis terkadang dapat berperilaku sangat sadis hanya untuk mengejar perasaan berkuasa itu saja. Itulah sebabnya saya terkadang membedakan antara sadisme itu sendiri dan perilaku sadis.
Bila seseorang merasa senang karena menyakiti orang lain, itu karena mereka menerima semacam penghargaan darinya, yang terkait dengan perspektif mereka sendiri. Apakah hal itu membuat mereka merasa berkuasa? Apakah mereka merasa dibenarkan atas tindakan mereka dan percaya bahwa mereka benar-benar melakukan sesuatu yang baik? Apakah mereka merasa marah pada seseorang dan hanya ingin melihat orang lain kesal?
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mungkin mereka pernah mengalami kekerasan dalam hidup mereka dan percaya bahwa perspektif tersebut adalah cara berperilaku yang normal dan sehat. Mungkin mereka benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk merasakan empati. Mungkin mereka berpura-pura senang menyakiti orang lain tetapi sebenarnya takut disakiti.
Saya berharap dapat mengatakan ada jawaban yang jelas dan gamblang untuk pertanyaan ini, tetapi tidak ada. Ada banyak sekali alasan mengapa seseorang dapat merasa senang karena telah menyiksa orang lain secara emosional atau fisik. Itu semua tergantung pada masing-masing individu.