Pelajaran Hidup: Seperti yang Diajarkan oleh Pelayan
Ketika saya menginjakkan kaki ke industri jasa pada usia tujuh belas tahun, saya sama sekali tidak tahu tentang dunia restoran. Saya tidak menyadari bahwa berjam-jam dihabiskan berdampingan dengan rekan kerja dengan cepat membentuk mereka dari rekan kerja menjadi teman menjadi keluarga. Saya tidak tahu bahwa menjadi tuan rumah, melayani, dan kemudian bartending, akan meningkatkan keterampilan kepemimpinan seorang gadis pemalu yang berkembang menjadi seorang wanita muda. Saya juga tidak tahu bahwa saya akan menyaksikan langsung dan segera berperan dalam cara makanan mengikat orang bersama dan menjadi dasar kenangan seumur hidup.
Saya tidak takut untuk mengatakan bahwa saya bisa menjadi orang yang egois. Saya berusia dua puluhan tanpa anak, dan saya tidak perlu merawat siapa pun kecuali diri saya sendiri. Meskipun saya sangat mencintai rekan kerja saya, saat saya bekerja untuk melayani, fokus utama saya adalah uang. Saya melihat setiap meja sebagai kesempatan untuk mengurangi pinjaman siswa saya atau membayar catatan mobil saya.
Tapi sesekali, saat saya melewati meja untuk mengumpulkan piring kosong dan mengisi kembali minuman, saya melihat sekilas kehidupan pelindung ini.
Duo putri dan ayah lanjut usia yang datang dari rumah sakit di seberang jalan, untuk makan siang dan hidangan penutup dan membiarkan waktu berlalu di sela-sela janji kesehatannya. Aku melihatnya menikmati Pie Oreo kami saat tangki oksigennya berdengung di sebelahnya. Saya menyaksikan upaya ayah tunggal yang kelelahan untuk mengumpulkan ketiga putrinya ke stan, memesan semua makanan mereka hanya agar mereka tidak mau makan. Dia menatapku dengan sangat menyesal dan aku hanya bisa menertawakan kenyataan bahwa dia akan mengira aku akan meminta bayaran untuk makanan anak-anak yang tidak tersentuh.
Anda tidak pernah tahu apa yang sedang dialami seseorang. Momen yang tidak terlalu kecil ini mengingatkan saya untuk bersyukur atas semua hal positif dalam hidup saya sendiri. Untuk bersyukur saya bahkan cukup sehat untuk bekerja dan menafkahi diri sendiri. Untuk menghargai malam-malam orang tua saya mengajak saya dan saudara-saudara saya keluar untuk makan, hanya untuk menikmati sedikit sesuatu yang berbeda ketika saya yakin mereka akan lebih santai di rumah.
Saya tahu bahwa peran saya membuat tamasya ini berkesan bagi keluarga-keluarga ini dan itu benar-benar menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif setiap kali saya masuk dan keluar. Interaksi ini adalah pengingat lembut bagaimana tindakan saya dapat memengaruhi orang lain. Sungguh memuaskan, menyaksikan keluarga, teman, dan pasangan menghabiskan beberapa momen terpenting mereka di bar. Itu membuat dua belas jam sehari dan persendian yang sakit sepadan.
(Tips dari tipy, content family juga tidak terlalu buruk.)