Validasi adalah keinginan manusia
Menginginkan validasi adalah keinginan alami manusia. Mencari pengakuan, pengakuan, dan persetujuan orang lain atas pikiran, perasaan, dan tindakan kita adalah hal yang wajar. Validasi dapat membantu kita merasa lebih percaya diri, aman, dan diterima.
Validasi dapat memperkuat hubungan kita dengan orang lain dengan menciptakan rasa saling memahami dan menghormati. Saat kita memvalidasi orang lain, mereka cenderung merasa didengarkan dan dipahami, yang dapat mengarah pada hubungan yang lebih dalam.
Menerima validasi dari orang lain dapat meningkatkan kepercayaan diri kita dan membantu kita merasa lebih aman dalam kemampuan dan keputusan kita.
Namun, ada beberapa konsekuensi negatif jika kita terlalu bergantung pada validasi eksternal. Berikut adalah beberapa alasan mengapa:
1. Ini bisa menjadi siklus tanpa akhir: Ketika kita mengandalkan validasi eksternal, kita mungkin mendapati diri kita terus mencari persetujuan dari orang lain. Ini bisa menjadi siklus tanpa akhir di mana kita selalu mencari "perbaikan" validasi berikutnya, yang mengarah pada rasa tidak aman dan kecemasan.
2. Itu dapat membatasi rasa harga diri kita: Jika rasa harga diri kita terutama terkait dengan validasi eksternal, kita mungkin merasa kurang berharga atau tidak berharga ketika kita tidak menerimanya. Hal ini dapat membatasi kemampuan kita untuk melihat kekuatan dan pencapaian kita, yang mengarah pada self-talk negatif dan perasaan tidak mampu.
3. Itu dapat membuat orang senang: Ketika kita menghargai validasi eksternal atas kebutuhan dan keinginan kita, kita mungkin menemukan diri kita terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain dengan mengorbankan kesejahteraan kita. Ini dapat menyebabkan kebencian, kelelahan, dan ketidakpuasan dengan hidup kita.
Kita semua memiliki kebutuhan dasar akan validasi dan pengakuan dari orang lain. Itu dapat membantu kita merasa dihargai, dihargai, dan terhubung dengan orang-orang di sekitar kita. Ingatlah bahwa mencari validasi harus menjadi salah satu cara untuk mengukur harga diri kita. Penting juga untuk menghargai rasa harga diri dan validasi internal kita.
Meskipun demikian, cara untuk mengalami validasi yang sehat melibatkan pengakuan dan penerimaan emosi dan pengalaman seseorang tanpa menghakimi dan mengomunikasikan bahwa perasaan dan pengalaman mereka dapat dimengerti dan penting.
Berikut adalah beberapa contoh validasi yang sehat:
1. Tulus: Pengesahan yang sehat itu asli dan berasal dari tempat kejujuran dan keaslian. Itu bukan hanya pujian atau sanjungan kosong, tetapi pengakuan yang bijaksana dan bermakna atas upaya, pencapaian, atau perasaan seseorang.
2. Spesifik: Validasi yang sehat bersifat spesifik dan terarah, menyoroti tindakan, kualitas, atau pencapaian tertentu. Itu bukan hanya pujian umum tetapi pengakuan terfokus atas sesuatu yang spesifik yang telah dilakukan atau dikatakan seseorang.
3. Menghormati: Validasi yang sehat mempertimbangkan perasaan, pikiran, dan batasan orang lain. Itu bukan manipulatif atau mengendalikan tetapi cara untuk menunjukkan dukungan, empati, dan pengertian.
4. Itu seimbang: Validasi yang sehat melibatkan pendekatan yang seimbang untuk memberi dan menerimanya. Ini bukan hanya tentang mencari validasi eksternal tetapi kombinasi dari mencari validasi dari orang lain sambil menghargai rasa harga diri dan validasi internal kita sendiri.
5. Konstruktif: Validasi yang sehat bersifat konstruktif dan membantu membangun kepercayaan diri, harga diri, dan citra diri yang positif. Ini bukan hanya cara untuk membuat seseorang merasa baik untuk sementara tetapi untuk mendorong pertumbuhan, perkembangan, dan kesejahteraan jangka panjang.
Mencari validasi dapat membantu kita menjadi lebih sadar diri dengan mendorong kita untuk merenungkan pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Saat kita mencari validasi dari orang lain, kita mungkin mendapatkan wawasan baru tentang perilaku dan motivasi kita.
Validasi bisa menjadi motivator yang kuat. Ketika kita menerima umpan balik positif dari orang lain, itu dapat menginspirasi kita untuk terus mengejar tujuan dan aspirasi kita.
Ini juga dapat membantu mengurangi stres dengan memberikan dukungan dan dorongan emosional. Ketika kita merasa divalidasi, kita cenderung tidak mengalami kecemasan, depresi, atau emosi negatif lainnya.
Satu studi yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa validasi dikaitkan dengan penurunan tingkat kecemasan dan tekanan pada individu yang mengalami konflik interpersonal.
Studi lain yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders menemukan bahwa menerima validasi dari seorang terapis dikaitkan dengan hasil pengobatan yang lebih baik untuk orang dengan depresi.
Selain itu, validasi dapat memiliki banyak manfaat positif jika digunakan dengan penuh perhatian. Ini dapat membantu kita membangun hubungan yang lebih kuat, meningkatkan kepercayaan diri kita, dan menjadi lebih sadar diri, menjadikannya alat yang ampuh untuk membangun hubungan yang solid dan mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi.
Ingatlah bahwa sangat penting untuk memperhatikan seberapa banyak kita mengandalkan validasi eksternal.
Kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara mencari validasi eksternal dan menghargai rasa harga diri kita.