Sehari dalam Kehidupan Supermom
Dahulu kala, di negeri yang tidak begitu jauh bernama Suburbia, hiduplah seorang pahlawan super bernama Supermom. Kekuatannya luar biasa: dia bisa menumbuhkan manusia di dalam tubuhnya, mengingat makanan favorit setiap anggota keluarga, dan membersihkan seluruh rumah dalam satu hari. Benar-benar keajaiban untuk dilihat.
Saat fajar menyingsing, Supermom melompat dari tempat tidur, jubahnya berkibar di belakangnya. Kekuatan supernya diaktifkan saat dia menjalankan tugas sebagai istri, ibu, dan dewi rumah tangga yang serba bisa. Sahabat karibnya, Mr. Caffeine, membantunya dalam pencariannya yang tidak pernah berakhir untuk menjaga agar matanya tetap terbuka dan kewarasannya tetap utuh.
Supermom akan memulai harinya dengan bertengkar dengan monster nakal yang merupakan anak-anaknya. Saat matahari terbit, dia melakukan tugas yang sangat besar untuk mendandani mereka, menyikat gigi, dan menjinakkan kepala tempat tidur mereka yang liar. Sementara itu, dia menyiapkan sarapan adiboga dengan satu tangan, dan menyeimbangkan buku cek keluarga dengan tangan lainnya.
Seiring berjalannya hari, Supermom menghadapi tantangan baru. Dia berjuang melawan serangan piring kotor yang tiada henti, mengalahkan binatang binatu, dan membersihkan rumah dengan efisiensi mesin yang diminyaki dengan baik. Rumahnya rapi, membuat iri semua tetangganya. Seolah-olah kekacauan dan kekacauan kehidupan sehari-hari tidak pernah menyentuh aula keramat di kastil pinggiran kota.
Tetapi tantangan terberat dari semuanya adalah beban mental yang menakutkan. Dikatakan bahwa Supermom memiliki lemari arsip internal, lengkap dengan memori fotografi dan spreadsheet multi-tab untuk membantunya mengatur jadwal, janji temu, dan tugas lain-lain keluarga. Otaknya seperti superkomputer, terus-menerus menghitung angka dan mengatur pikiran. Tentunya, dia membuat iri semua superkomputer di Silicon Valley.
Hari-hari supermom diselingi dengan istirahat pendek, yang dia gunakan untuk menumbuhkan manusia di dalam tubuhnya. Istirahat ini disertai dengan kunjungan yang sering ke Singgasana Porselen, di mana dia secara pribadi dapat merasakan kenikmatan mual di pagi hari. Meskipun mual, dia terus berjuang, bertekad untuk tidak membiarkan kekuatan supernya goyah.
Tuntutan emosional dari perannya tak henti-hentinya. Supermom adalah ahli empati, selalu tahu kata-kata yang tepat untuk diucapkan, dan pelukan yang sempurna untuk diberikan. Hatinya adalah kekuatan supernya, dan dia menggunakannya untuk menghibur anak-anaknya, mengeringkan air mata mereka, dan membimbing mereka melewati banyak tantangan hidup. Dia melakukan semua ini sambil mengelola rollercoaster emosionalnya sendiri, suatu prestasi luar biasa yang hanya bisa dicapai oleh seorang pahlawan super.
Saat hari semakin larut, Supermom mengalihkan perhatiannya ke tugas malam itu. Dia menyiapkan makan malam bintang lima, mengajari anak-anaknya seni aritmatika, dan menghibur mereka dengan cerita pengantar tidur yang akan menyaingi blockbuster Hollywood mana pun. Setelah menyelipkan mereka dan menyelinap dalam ciuman selamat malam, dia jatuh ke sofa, jubahnya kusut di lantai.
Tapi pekerjaannya masih jauh dari selesai. Beban mental terus bergolak, seperti yang dia rencanakan untuk hari berikutnya, minggu depan, dan bulan depan. Pikirannya berpacu, bahkan ketika tubuhnya memohon untuk istirahat. Dalam keheningan malam, Supermom bertanya-tanya apakah yang dia lakukan sudah cukup, apakah dia sudah cukup. Keraguan merayap masuk, tetapi dia menepisnya, tahu bahwa dia tidak boleh bimbang.
Maka, saat matahari terbenam di Suburbia, Supermom beristirahat, meski hanya sesaat. Dunia mengagumi kemampuannya untuk menyeimbangkan semuanya: tugas-tugas rumah tangga, mengasuh anak, kehamilan, dan tuntutan emosional. Mereka bertanya, “Bagaimana dia melakukan itu semua?” Sedikit yang mereka tahu bahwa di balik jubah dan senyum percaya diri, Supermom sama seperti mereka — lelah, kewalahan, dan mencari keseimbangan.
Kisah Supermom berfungsi sebagai pengingat bahwa sementara masyarakat mungkin berharap dia memikul beban dunia di pundaknya, dia hanyalah manusia biasa. Harapan yang diberikan padanya seringkali tidak realistis, dan tekanan untuk mempertahankan fasad seorang pahlawan super bisa sangat menghancurkan.
Tetapi bahkan dalam menghadapi tantangan yang tampaknya tidak dapat diatasi ini, Supermom tetap bertahan. Dia terus mengatasi tuntutan hidup, didorong oleh cinta yang dia miliki untuk keluarganya, dan pengetahuan bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangannya.